Tahun 2013 sudah kita masuki, artinya tahun
kehidupan yang baru pun akan kita jalani. Tapi tidak dengan sepakbola.
2013 bisa disebut sebagai fase penting bagi klub-klub eropa. Terlebih
pada awal sampai pertengahan tahun nanti., karena memasuki paruh kedua
musim yang merupakan fase kritis untuk perebutan juara liga domestik
masing-masing. Dengan berakhirnya paruh pertama,maka telah lahir juga
istilah juara paruh musim. Sebuah gelar tak resmi yang disematkan kepada
tim yang berhasil memimpin klasemen pada saat akhir putaran pertama
liga. Manchester United di Inggris, Barcelona di Spanyol, Juventus di
Italia, Bayern Muenchen di Jerman, PSV Eindhoven di Belanda, dan PSG di
Perancis merupakan deretan juara paruh musim di enam liga terbaik
eropa. Mereka digadang-gadang pada akhir musim akan menjadi juara
liga,karena dilihat dari fakta sebagian besar juara paruh musim akan
menjadi juara pada akhirnya.
Pertama kita mulai dari tanah Ratu Elizabeth.
Seperti yang kita ketauhi saat ini Manchester United (MU) tengah
memimpin klasemen berbeda 7 poin dari “tetangga gaduh” mereka Manchester
City. Banyak pengamat sudah yakin bahwa MU akan mendapat gelar ke-20
mereka. Dilihat agresivitas mereka dalam mencetak gol, terlebih semangat
pantang menyerah mereka sampai menit akhir yang membuat mereka sering
disebut raja comeback. Sementara pesaing terdekat mereka City tengah
dirundung problem internal akibat kasus Mario Balotelli dan juga problem
mental juara yang belum terasah. Hal ini tercermin dari kegagalan
mereka di penyisihan grup Liga Champion tanpa meraih kemenangan. Di
bawah city ada 2 tim kota london yang mengejar Tottenham Hotspurs dan
Chelsea,namun kita ketauhi problem inkonsistensi menjadi masalah kedua
tim ini. Spurs memang akhir-akhir ini mampu meraih poin penuh tapi tetap
diragukan pada fase melawan tim-tim top. Sementara Chelsea masih belum
menemukan skema terbaik di tangan pelatih anyar mereka Rafael
Benitez,bahkan di partai terakhir mereka takluk dari juru kunci QPR 0-1
di kandang sendiri. Dengan banyaknya problem di pesaing mereka,apakah
benar MU akan menjadi juara? Bisa dibilang iya,tapi ada sanggahan bahwa
MU sendiri tidak lepas dari masalah. MU memang sering melakukan
comeback,tapi bukankah lebih mudah menang langsung tanpa perlu
mengeluarkan keringat lebih untuk mengejar selisih gol dan membuat sport
jantung bagi para fans? Lini belakang MU memang sangat rentan
kebobolan. Saat ini MU sudah kebobolan 28 kali. Catatan ini bahkan lebih
buruk dari saat MU juara liga tahun 2008. Selain problema lini
belakang, hal lain yang dapat mengganjal MU adalah periode bulan
februari dimana mereka akan mentas di ajang Liga Champion melawan
raksasa Spanyol Real Madrid dan dimulainya perjalanan di Piala FA. Bisa
diperkirakan konsentrasi MU akan terpecah pada 3 kompetisi dan rotasi
memegang peran inti dalam sisa perjalanan MU hingga Mei nanti. Pesaing
utama di liga sepertinya hanya city. Mereka memiliki skuad gemuk yang
berisi pemain ber-skill di atas rata-rata dan hanya fokus pada kompetisi
domestik ( Liga dan Piala FA ).
Dari tanah matador semua pengamat sudah
memastikan bahwa tampaknya Barcelona akan juara liga pada musim ini.
Start terbaik selama 15 tahun terakhir mereka lakoni (16 menang dan 1
seri) serta keunggulan 9 dan 16 poin dari duo Madrid, Atletico dan Real.
Dengan sudah pastinya Real Madrid mengalihkan fokus pada Liga Champion
dan Malaga di bawahnya yang masih inkonsisten. Bisa kita yakini bahwa
Atletico Madrid menjadi pesaing utama dalam tahta La Liga. Tapi dilihat
dari performa tim dan semakin “alien”-nya Lionel Messi, Barcelona bisa
dilihat tanpa cacat. Atletico sendiri bukanya tanpa perlawanan hanya
saja ini kali pertama sejak 13 tahun terakhir mereka menggeluti pacuan
menjadi juara liga. Mental yang belum terasah menjadi penghalang utama.
Jadi apakah pasti Barcelona menjadi juara? Kuncinya hanya pada mereka
sendiri. Dengan masih berpartisipasi di 3 kompetisi konsentrasi dan
rotasi tetap memegang peran kunci. Selain itu lawan utama Barcelona
tinggal diri mereka sendiri. Bagaimana mereka melawan ego mereka dan
tetap rendah diri. Hanya nasib sial seperti musim lalu yang mampu
mengagalkan mereka.
Hal
ini berlaku juga di Italia, dimana Juventus berhasil menjadi juara
paruh musim dengan keunggulan 8 poin dari Lazio di peringkat 2. Sama
seperti Barcelona problem konsentrasi dan rotasi jadi problem utama.
Kita ingat musim lalu Juventus juara saat mereka hanya fokus pada
kompetisi domestik. Selain itu kurang tajamnya lini depan tetap menjadi
masalah klasik si nyonya tua ini. Tapi, Juve memiliki skuad gemuk yang
berisi pemain berkualitas sama serta barisan gelandang yang aktif
mencetak gol. Dua hal ini yang dijadikan Juve untuk menghadapi rintangan
yang akan dijumpai. Dibawah Juve bukanya tidak ada pesaing tapi para
anti-Juve ini sendiri masih belum mampu tampil konsisten tiap pekanya
dan juga jarak dari peringkat 2 hingga 6 yang hanya berjarak 4 poin
diperkirakan mereka akan sibuk bersaing merebut tempat ke kompetisi
eropa daripada menghalangi usaha Juve menjadi juara.
Pada Bundesliga Jerman, Bayern Muenchen berpeluang menjadi deuschermeister setelah
unggul 9 poin dari Bayer Leverkusen. Skuad merata,penampilan
konsisten,dan bebas dari kasus cedera menjadi faktor penguat lain untuk
menjadi juara. Terlebih Leverkusen masih dibayang-bayangi oleh juara
bertahan Dortmund. Tapi seperti kebanyakan klub eropa lainya,ujian bagi
Bayern akan tiba saat melakoni lanjutan Liga Champion melawan Arsenal
dan perjalanan di Piala Jerman. Namun hal ini juga terjadi pada
Leverkusen dan Dortmund. Sehingga bisa diprediksi tim yang nanti juara
Bundesliga ialah tim yang mampu membagi konsentrasi pada 3 ajang (2
domestik dan 1 eropa) dan mempertahankan performa terbaik mereka.
Pada
liga Belanda terjadi persaingan ketat antara 5 tim. PSV Eindhoven
selaku pemimpin klasemen dengan 40 poin hanya unggul selisih gol dari FC
Twente. Dibawah mereka juga ada 2 tim berpoin sama 37 yakni Ajax
Amsterdam dan Feyenoord disusul Vitesse Arnhem dengan 35 poin. Situasi
terberat menjadi milik Ajax dengan menjadi wakil tunggal liga Belanda di
kompetisi eropa. Problem pembagian konsentrasi menjadi penghalang
utama. Sementara kontestan lain tinggal memfokuskan perhatian mereka
pada kompetisi domestik. Yang paling diuntungkan adalah Twente,dengan
tersingkirnya mereka dari Piala Belanda dan kualifikasi Liga Europa
perhatina mereka bisa difokuskan pada Liga saja. Vitesse sendiri tengah
naik daun dengan bintang mereka asal Pantai Gading, Wilfried Bony. Tapi
dengan absenya bony ke Piala Afrika dan hasil buruk di akhir paruh musim
mereka sedikit diragukan untuk bersaing,tapi sebagai sekedar pengganggu
masih berpotensi.
Situasi
di Prancis lebih ketat lagi dimana 3 tim memimpin klasemen dengan poin
yang sama hanya dibedakan selisih gol, yakni PSG,Lyon,dan Marseille. PSG
dengan dukungan dana melimpah menjadi unggulan pertama dalam pacuan
menuju gelar juara. Skuad gemuk dengan materi bintang menjadi senjata
utama mereka. Problem hanya sindrom ketergantungan mereka akan
Ibrahimovic dan konsentrasi di Liga Champion. Kehilangan Ibra berdampak
besar pada PSG dimana mereka sempat 3 partai tidak menang dan hanya
meraih 1 poin saat Ibra absen skorsing. Lyon menjadi pesaing kuat,selain
tinggal memfokuskan diri pada kompetisi domestik mereka juga ingi
bangkit dan berjaya seperti periode 2002-2008 saat mereka 7 kali
beruntun menjadi juara. Marseille sendiri memang langganan papan atas
liga perancis terlebih mereka sendiri ingin menebus prestasi buruk
mereka musim lalu yang hanya finis di posisi 10.
Pada intinya problem utama dari semua tim
unggulan di liga masing-masing adalah pada pembagian konsentrasi ke
ajang eropa serta domestik lainya. Problem kelelahan dan cedera
menghantui mereka semua. Tak dapat disangkal, tim yang mampu
menanggulangi hal tersebut ialah yang mampu meraih gelar liga domestik
masing-masing. Selain itu kunci lain yang membuat tim juara ialah
konsistensi. Bagaimana tetap bermain di performa terbaik dan juga mampu
bereaksi di saat tim sedang tidak bagus.
No comments:
Post a Comment